Gambaran umum Canselor_Jerman

Sejarah pejabat

Jawatan ini wujud sejak Empayar Rom Suci di mana pada ketika ini pejabat kanselor utama Jerman biasanya dikepalai oleh Uskup Agung Mainz yang berperanan sebagai ketua agama bagi pihak Istana yang telah wujud dari zaman Empayar Carolus lagi. Gelaran ini (dalam bahasa asal - Kanzler [kants-lěr], daripada Bahasa Latin: cancellarius) sedemikian kerana peranannya dalam mentadbir atas pihak Maharaja (rujuk juga peranan canselor dalam konteks pendidikan); gelaran tersebut turut dipakai beberapa kerajaan berbahasa Jerman di Eropah Barat pada ketika ini.

Kolega kapel bertindak sebagai Kantor Kanselor Maharaja yang mengeluarkan perbuatan dan kapitulari. Sejak zaman Ludwig si Jerman, Uskup Agung Mainz adalah ex officio Kanselor Utama Jerman, posisi yang dia pegang sampai akhir Kekaisaran Romawi Suci pada tahun 1806, sedangkan secara de jure, Uskup Agung Köln adalah Kanselor Italia dan Uskup Agung Trier dari Bourgogne. Tiga Uskup Agung Pangeran itu juga menjadi Pangeran pemilih dari pemilihan Kekaisaran yang memilih Raja Romawi. Sudah dari abad pertengahan, Kanselor Jerman memiliki kekuasaan politik seperti Uskup Agung Willigis (Arskanselir 975-1011, wali penguasa Raja Otto III dari Jerman 991-994) atau Rainald von Dassel (Kanselor 1156-1162 dan 1166-1167) di bawah Maharaja Frederick Barbarossa.

Pada tahun 1559, Maharaja Ferdinand I mendirikan suatu lembaga Kantor Kanselor Empayar (Reichshofkanzlei) di Istana Hofburg,Vienna pimpinan Naib Kanselor di bawah kuatkuasa nominal Uskup Agung Mainz. Pada Pertempuran Gunung Putih tahun 1620, Maharaja Ferdinand II mewujudkan suatu kantor Pengadilan Kanselor yang bertanggungjawab atas urusan ehwal dalam dan luar negeri Monarki Habsburg bagi pihak Austria. Dari tahun 1753 dan seterusnya, kantor Kanselor Negara Austira diketuai oleh Raja Kaunitz. Keutuhan jawatan ini dikurangkan sejak itu sehingga ia setakat berupa istiadat atau seremonial pada zaman Maria Theresa dan Joseph II, hanya ada di atas kertas. Setelah pembubaran Empayar Rom Suci, Raja Metternich menjabat sebagai Kanselor Negara Empayar Austria (1821-1848), demikian juga Putera Hardenberg bertindak sebagai Kanselor kepada Prusia (1810-1822).

Kantor Kanselor modern didirikan dengan Konfederasi Jerman Utara di mana Otto von Bismarck menjadi Kanselor pada tahun 1867. Setelah Penyatuan kerajaan-kerajaan kecil dalam Jerman pada tahun 1871, kantor menjadi dikenal di Jerman sebagai Reichskanzler (lit. "Kanselor Alam"), meskipun terus disebut sebagai Kanelir dalam bahasa lain. Dengan konstitusi Jerman tahun 1949, gelar Bundeskanzler (Kanselor) digunakan kembali dalam Jerman.

Dari 1867 hingga 1871, gelar Bundeskanzler (kanselor) digunakan kembali dalam bahasa Jerman pada waktu Konfederasi Jerman Utara. Dari tahun 1871 sampai tahun 1945, kantor bernama Reichskanzler (Kanselor Kekaisaran). Sejak tahun 1949, gelar resmi kantor dalam bahasa Jerman sekali lagi bernama Bundeskanzler.

Ketika adanya Republik Demokratik Jerman dari tanggal 7 Oktober 1949 hingga penyatuan semula dengan Republik Federal Jerman pada 3 Oktober 1990, jabatan Kanselor sendirinya tidak ada melainkan dengan jawatan yang setara sama ada dengan gelaran Presiden Menteri (Ministerpräsident) atau Ketua Dewan Menteri (Vorsitzender des Ministerrats).

Peranan

Peranan jawatan ini banyak berubah mengikut keadaan negara Jerman itu sendiri sejak pembentukannya. Dari 1871-1918, Kanselor hanya bertanggungjawab kepada Maharaja. Dengan berdirinya republik dan reformasi konstitusi pada tahun 1918, parlimen diberikan hak untuk memberhentikan jawatan Reichskanzler. Menurut Perlembagaan Weimar tahun 1919, Kanselor dilantik Presiden dan bertanggungjawab kepada kedua-dua pihak Parlimen dan Presiden.

Ketika Parti Sosialis Nasional mula mendapatkan kuasa mereka pada tanggal 30 Januari 1933, Perlembagaan Weimar diabaikan secara de facto. Setelah kematian Presiden Hindenburg pada tahun 1934, Adolf Hitler secara resminya mendapat gelaran Führer und Reichskanzler ("Pemimpin dan Kanselor Alam") sambil menjadi suatu diktator ke atas pemerintahan baharunya yang diberikan kekuatan yang lebih besar daripada pemerintahan Weimar sebelumnya sambil mengurangkan banyak peranan Presiden Jerman itu sendiri.

Jerman saat ini sering disebut sebagai "demokrasi kanselor" yang mencerminkan peran Kanselor sebagai kepala negara eksekutif yang memiliki kewenangan konstitusional untuk menetapkan pedoman untuk semua bidang kebijakan pemerintah.